Hartadinata Harianto,
Remaja Jenius Indonesia yang Tempuh Akselerasi Sekolah di AS
Jakarta -
Usianya masih 18 tahun, namun Hartadinata
Harianto sudah menginjak Semester 5 di Stony Brook University, New York,
Amerika Serikat (AS) di saat teman sebayanya masih menyelesaikan SMA.
Harta memang mengalami akselerasi jenjang pendidikan karena kemampuannya
yang di atas rata-rata. Apa sih rahasianya?
Saat berbincang
dengan detikcom, Kamis (27/12/2012), Harta sudah bersekolah di AS sejak
kelas 3 SD karena mengikuti keluarganya yang berasal dari Surabaya
pindah ke AS. Dia sudah mendapatkan beasiswa sejak SMA. SMA di AS yang
normalnya 4 tahun, ditempuh hanya dalam 2 tahun saja di Bard High School
Early College, sekolah khusus percepatan dan favorit di New York.
Tak
cuma itu, Harta mendapatkan beasiswa penuh dari
Yayasan Bill &
Melinda Gates selama bersekolah SMA Bard College. Padahal, tak mudah
menjadi siswa di sana. Harta harus bersaing dengan 6 ribu - 8 ribu calon
siswa cerdas lainnya yang disaring hanya menjadi 150 siswa.
Setelah
sekolah selama 2 tahun, dia mendapat gelar Associate Degree (di
Indonesia setara D3/sarjana muda, red) dari Bard High School. Lantas dia
memilih masuk Stoony Brook University, dengan program studi ganda,
ekonomi dan kedokteran. Dalam kedua program studi itu, Harta langsung
menginjak Semester 5.
Nilainya, sejauh ini, Harta mengaku selalu
mendapatkan nilai A dalam mata pelajaran di kedua program studi itu. Tak
heran dia mendapat beasiswa penuh dari akomodasi hingga tempat tinggal.
Bagaimana
mengatur waktu belajarnya? "Memang sih, memang sibuk. Kacau sedikit
menurut saya. Saya bangun pagi tidurnya agak malam. Tidur jam 12 bangun
jam 6. Setelah bangun, saya lari, fitness, makan cepat, mandi cepat.
Saya jarang buang-buang waktu seperti tidur-tiduran. Di kelas saya
membaca, dan melakukan semua hal produktif," jelasnya membagi sedikit
kiat.
Ya, pandai membagi-bagi waktu menjadi salah satu kuncinya.
Namun kegiatan akademik yang padat itu tak membuatnya kurang pergaulan
alias kuper. Harta juga bersosialisasi dengan teman dan mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler.
"Kalau week end saya jalan dengan
teman-teman, saya sering main rugby, wrestling (gulat), ke fitness. Saya
juga menjadi council di student government (semacam BEM, red). Saya
juga joint organisasi bisnis," papar putra pasangan Candra Harianto dan
Judith Harianto.
Ke depannya, Hartadinata ingin meneruskan S2 di
bidang ekonomi. Kemudian, dia berniat untuk kembali ke Indonesia, untuk
membangun rumah sakit.
"Saya ingin membuat 2 rumah sakit. Rumah
sakit A, internasional dan profit, dikunjungi bagi mereka yang mampu.
Nah profit dari RS A itu sebagiannya dialokasikan ke RS B bagi pasien
menengah ke bawah yang kurang mampu. Subsidikan dana-dana yang didapat
dari rumah sakit A, sehingga orang-orang yang tidak mampu dibantu juga,"
kata penyuka nasi goreng dan nasi otak padang ini.
Dengan
prestasinya ini, Harta juga menularkan semangatnya kepada remaja-remaja
Indonesia dengan menjadi motivator. Dia sudah berkeliling ke beberapa
SMA di Jakarta, Bandung, Bogor, Solo, Yogyakarta untuk menunjukkan bahwa
remaja Indonesia tak kalah dengan rekan-rekannya di dunia. Bisa
berprestasi di tingkat internasional.
"Remaja-remaja kita sangat
pintar dan sangat-sangat mampu dalam kepintaran dan keinginan. Hanya
sisi kejuangannnya mereka yang perlu ditambahkan. Butuh dorongan dari
guru-guru dan orang tua buat mereka berjuang. Saya ingin datang ke
sekolah-sekolah mencoba membantu memberi motivasi," ujar peraih rekor
MURI sebagai motivator pendidikan termuda di Indonesia ini.
Masalah-masalah
yang kerap dijumpai di SMP-SMA di Indonesia, seperti tawuran dan
bullying juga tak luput dari pengamatannya. Menurutnya, peran lingkungan
sangat penting untuk mencegah dan mengatasi hal itu.
"Di sini
masih kurang rukun, banyak di antara lingkungan berbeda, perbedaan itu
dibikin masalah. Di sana (AS) perbedaan dihargai, ada organisasi yang
memang isinya orang asia, bule dan mereka bersatu saling membantu,"
tutur Harta ketika ditanya solusi mengatasi tawuran.
Mengenai
bullying, di AS juga ada. Namun Harta mencontohkan untuk mencegah
bullying senior pada junior, ada program di mana seniornya membantu para
juniornya. "Harus ada sistem yang membuat orang senior mengerti
powernya bukan untuk mem-bully junior, tapi juga untuk membantu," jelas
dia.
Nah, Harta bersedia membagi rahasianya agar sukses di bidang akademis dan non-akademis seperti yang dialaminya.
"Rahasianya,
diaplikasikan kerja keras. Saya dapat beasiswa bukan karena kepintaran,
tapi kepintaran dan perjuangan yang sangat keras. Mau jadi insinyur,
profesor, businessman atau apa pun, harus kerja keras," pesan Harta.
Remaja Indonesia, berniat mengikuti jejak Harta?
Hartadinata Harianto, Remaja Jenius RI yang Tempuh Akselerasi Sekolah di AS